Wednesday, June 15, 2016

MAKALAH PROSES KEPERAWATAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebelum menyusun suatu asuhan keperawatan yang baik, kita harus memahami langkah-langkah dari proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu metode bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Beberapa pengertian proses keperawatan adalah sebagai berikut
Suatu metoda pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional (Kozier, 1991) Metoda pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada respon yang unik dari individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial (Rosalinda,1986)
Suatu aktifitas yang dinamika dan berkelanjutan yang meliputi interaksi perawat klien dan proses pemecahan masalah (Schultz dan Videbeck). Proses keperawatan bukan hanya sekedar pendekatan sistematik dan terorganisir melalui lima langkah dalam mengenali masalah-masalah klien, namun merupakan suatu metode pemecahan masalah baik secara episodic maupun secara linier. Kemudian dapat dirumuskan diagnosa keparawatannya, dan cara pemecahan masalah. Adapun karakteristik dari proses keperawatan antara lain:
·         Merupakan kerangka berpikir dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, keluarga, dan komunitas.
·         Bersifat teratur dan sistematis.
·         Bersifat saling bergantung satu dengan yang lain.
·         Memberikan asuhan keperawatan secara individual.
·         Klien menjadi pusat dan menghargai kekuatan klien.
·         Dapat digunakan dalam keadaan apapun

1.2 Rumusan Masalah
            Adapun pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini:
1.      Apa definisi dari proses keperawatan?
2.      Apa manfaat dari proses keperawatan?
3.      Apa kerugian jika tidak melakukan  proses keperawatan?
4.      Apa tujuan dan fungsi proses keperawatan?
5.      Apa saja tahapan-tahapan proses keperawatan?

1.3 Tujuan
1.      Dapat mengetahui definisi dari proses keperawatan.
2.      Dapat mengetahui manfaat dari proses keperawatan.
3.      Dapat mengetahui kerugian jika tidak melakukan  proses keperawatan.
4.      Dapat mengetahui tujuan dan fungsi proses keperawatan.
5.      Dapat mengetahui tahapan-tahapan proses keperawatan.


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan unuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berkaitan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau mayarakat. Proses keperawatan adalah membantu klien dalam mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang maksimal. Proses keperawatan juga menjamin perawatan yang berkualitas. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien.
Menurut Kozier (1991) proses keperawatan adalah suatu metode pemberi asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional. Sementara itu, menurut Rosalinda (1986), proses keperawatan adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang sistemtis dan terorganisasi, yang berfokus pada respons yang unik dari individu terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Hal senada juga disampaikan oleh Schultz dan Videbeck. Mereka berpendapat bahwa proses keperawatan adalah suatu aktivitas yang dinamis dan berkelanjutan yang meliputi interaksi antara perawat dengan klien dan proses pemecahan masalah.
Pendapat yang hampir sama juga dinyatakan oleh Yura dan Wals (1983). Menurut mereka, proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan oleh perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi, diagnosis keperawatan, penentuan rencana perawatan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.


2.2  Manfaat Proses Keperawatan
Adapun manfaat dari proses keperawatan adalah sebagai berikut:
1.      Perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan dan membantu mengembangkannya melalui hubungan profesional
2.      Memberikan kepuasan bagi pasien dan perawat
3.      Memberikan kerangka kerja bagi perawat dalam melaksanakna asuhan keperawatan
4.      Membuat perawat mawas diri dalam keahlian dan kemampuan merawat pasien

2.3  Kerugian Jika Tidak Melakukan Proses Keperawatan
Berikut adalah kerugian yang ditimbulkan oleh perawat jika tidak melakukan proses keperawatan:
1.      Tidak meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
Bila tidak dilakukan proses keperawatan maka semua kebutuhan klien tidak dapat dipenuhi seutuhnya, tentu akan dapat memperlambat proses penyembuhan klien dan tidak kepuasan bagi klien akan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan akan menurun.
2. Kurang meningkatnya citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan salah satunya dengan proses keperawatan. Jika proses keperawatan tidak dilakukan maka yang seharusnya citra keperawatan meningkat maka tidak akan meningkat.
3        Kurang meningkatnya rasa solidaritas.
Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas keperawatan. Jika proses keperawatan tidak dilakukan, maka akan kurang kekuatan persatuan tenaga keperawatan kurang.
4        Kurangnya rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan
5        Kurang terhindar dari mal-praktik


2.4  Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan
Proses keperawatan sejatinya merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk menangani dan memecahkan masalah secara komprehensif, dengan alasan yang ilmiah, keterampilah teknis, dan keterampilan interpersonal.penerapan proses keperawatan sebenarnya tidak hanya demi kepentingan klien semata, tetapi juga demi profesi keperawatan.
Adapun tujuan dan fungsi proses keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1.      Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan
2.      Memberi ciri profesionalisme asuhan keperawatan melalui pendekatan, pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
3.      Perawat dapat mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan dengan menggunakan standar praktik keperawatan, memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis sehingga mencapai hasil asuhan keperawatan yang efektif
4.      Memberi kebebasan kepada klien untuk mendapat pelayanan yang optinal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandiriannya dibidang kesehatan
5.      Mempertahankan kesehatan klien dan mencegah sakit yang lebih parah atau penyebaran penyakit
6.      Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit
7.      Mengembalikan fungsi maksimal tubuh
8.      Membantu klien untuk meninggal dengan damai dan tenang

2.5  Tahapan Proses Keperawatan
Perawat berusaha keras mengatasi masalah-maslah kesehatan melalui penerapan lima tahap proses keperawatan:
TAHAP 1: PENGKAJIAN
TAHAP 2: DIAGNOSA KEPERAWATAN
TAHAP 3: PERENCANAAN
TAHAP 4: IMPLEMENTASI
TAHAP 5: EVALUASI
            Siklus proses keperawatan dimulai ketika pasien memasuki sistem pemberian perawatan kesehatan. Perawat memulai tahap prtama dari siklus, pengkajian, dengan mengumpulkan data klien. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah klien diidentifikasi pada tahap kedua. Pada tahap ketiga, perawat dan klien bekerjasama merumuskan rencana tindakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien. Rencana tersebut termasuk pembuatan kriteria hasil dan intruksi keperawatan (intervensi). Selama tahap keempat, rencana diimplementasikan oleh perawat dan klien. Pada tahap kelima, klien dan perawat mengevaluasi apakah kriteria hasil telah dicapai, dan masalah telah teratasi. Klien keluar dari siklus jika kriteria hasil telah dicapai. Klien memasuki kembali siklus jika kriteria hasil belum dicapai. Perawat mengkaji kembali klien dan merencanakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kriteria hasil.

2.5.1 Tahap 1: Pengkajian
Tujuan dari tahap pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Klien dikaji saat memasuki sistem peberian perawatan kesehatan.
Komponen Tahap Pengkajian:
1.      Pengumpulan Data
2.      Validasi Data
3.      Identifikasi Pola atau Divisi

2.5.1.1  Pengumpulan Data: Informasi apa yang perlu diketahui oleh perawat?
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik dan rekam medik. Klien adalah sumber informasi primer , sumber data yang asli. Sumber informasi sekunder terdiri dari data yang sudah ada atau dari orang lain selain klien. Sumber-sumber sekunder meliputi catatan kesehatan klien, laporan dari laboratorium dan tes diagnosis, keluarga, orang terdekat, masyarakat dan anggota tim kesehatan
Metode pengumpulan data :
a.       Observasi: Metode pengumpulan data di mana data dikumpulkan melalui observasi visual
b.      Wawancara: Metode pengumpulan data di mana pewawancara, perawat, mendapatkan respons dari klien dengan tatap muka
c.        Konsultasi: Seorang spesialis diminta untuk mengidentifikasi cara-cara untuk pengobatan dan menangani masalah-masalah klien
d.      Pemeriksaan: Proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh untuk menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasarkan pada temuan berikut ini: fisik; empat prosesdur yang digunakan adalah inspeksi palpasi, perkusi dan auskultasi, Laboratorium; urinarisis, pemeriksaan darah dan kultur, Rontgen; visualisasi bagian tubuh dan fungsiya
Manusia memiliki respon yang berbeda terhadap masalah. Contohnya, nilai budaya, kepercayaan dan agama klien mungkin berbeda. Adalah esensial bagi perawat untuk mengkaji respons individual klien terhadap masalah dan menghindari generalisasi.
Data yang terkumpul membentuk data dasar klien.data dasar selanjutnya akan digunakan untuk perbandingan nilai-nilai klien dan standar untuk memastikan keefektifan pengobatan, asuhan keperawatan dan pencapaian kriteria hasil. Selama pengumpulan data, data klinik dikategorikan sebagai data subjektif atau data objektif.
Data Subjektif
Data subjektif menunjukkan persepsi dan sensai klien tentang masalah kesehatan. Klien mengungkapkan persepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri atau nyeri. Data subjektif adalah informsi yang diucapkan klien kepada perawat selama wawancara pengkajian keperawatan, yaitu komentar yang didengar oleh perawat. Data subjektif dapat disebut gejala. Data subjektif atau gejala adalah fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan kebiasaan dari sensai nrmal klien. Contoh: “saya sedang sakit kepala”, “saya merasa sesak napas”, “perut saya terasa panas”, “kaki saya terasa lemah”, “saya merasa kepanasan”, “saya merasa lelah”, dan lain sebagainya. Contoh-contoh diatas mengilustrasikan data subjektif yang mungki diungkapkan oleh klien kepada perawat. Sakit kepala, sesak napas, rasa panas, keletihan dan kekakuan adalah sensasi yang dirasakan klien. Peraaan-perasaan ini tidak perlu dapat dilihat oleh perawat. Klien mengungkapkan tentang perasaan-perasaan mereka kepada perawat.
Data Objektif
Data objektif didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dipertunjukkan secara faktual. Fenomena yang dapat diamati dikumpulkan oleh seorang selain daripada pasien. Data objektif dapat diamati dan diukur. Data objektif merupakan informasi yang dikumpulkan perawat melalui indera perawat. Data objektif adalah informasi dimana perawat dapat (a) melihat (observasi)(inspeksi), (b) merasakan (palpasi), (c) mendengar (auskultasi)(perkusi) atau (d) menghidu. Data objektif dapat disebut tanda.
Definisi:
a.       Observasi: melihat klien dan melaporkan apa yang dilihat oleh perawat
b.      Inspeksi: pemeriksaan secara visual terhadap permukaan tubuh eksternal, pergerakan dan postur
c.       Palpasi: proses memeriksa dengan menggunakan tangan atau jari tangan pada permukaan eksternal tubuh untuk mendeteksi adanya bukti abnormalitas pada berbagai organ
d.      Auskultasi: proses mendengarkan suara dalam tubuh, biasanya bunyi toraks atau visera abdominal untuk mendeteksi adanya abnormalitas. Alat yang digunakan adalah stetoskop
e.       Perkusi: penggunaan jari tangan untuk mengetuk tubuh dengan ringan untuk menentukan posisi, ukuran dan konsistensi struktur yang mendasari dan adanya cairan atau pus pada sebuah rongga.
Contoh :
a.       Observasi: Hidung megembang
Wajah meringis
Pernapasan 30, dangkal
Hemoglobin (HB) 7,8 g/dL
Kalium serum (K+)2,5 eEq/L
b.      Palpasi: kandung kemih teraba. Nyeri tekan di abdomenkuadran kanan bawah
c.       Auskultasi: bunyi di lobus kanan bawah paru. Borborigmus disemua kuadran abdomen
d.      Perkusi: pekak di lobus kanan bawah paru
        Pekak di abdomen kuadran kanan bawah.
Contoh diatas mengilustrasikan data objektif klien yang mungkin ditampilkan klien pada perawat. Pengembangan hidung dapat dilihat, organ-organ terpalpasi, bunyi napas terdengar dan resonansi dan nada suara yang diproyeksikan dari perkusi dapat didengar.
2.5.1.2  Validasi Data: Apakah data klien mencerminkan nilai dan standar yang normal atau abnormal? Apakah data objektif menegaskan dan mendukung data subjektif? Apakah informasi yang dikumpulkan akurat?
Validasi data merupakan perbandingan data subjektif dan data objektif yang dikumpulkan dari sumber primer (klien) dan sekunder (mis, catatan kesehatan) dengan standar dan nilai normal yang diterima. Suatu standar atau nilai merupakan aturan atau ukuran yang lazim dipakai.
Perawat membandingkan komentar klien, data subjektif, dengan data objektif klien yang dapat diukur. Perawat memeriksa apakah data objektif memvalidasi data subjektif. Perawat memeriksa apakah nilai klien, subjektif dan objektif, terletak dalam rentang nilai dan standar normal yang lazim dipakai, seperti tanda-tanda vital yang normal, nilai laboratorium, pemeriksaan diagnostik, kelompok makanan dasar, pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Referensi mencatat standar dan nilai yang lazim dipakai untuk temuan laboratorium, pemeriksaan diagnostik, pemeriksaan fisik dan tingkah laku.
Contoh validasi data dalam rentang nilai normal:
Data subjektif: “Tekanan darah saya biasanya 110/70”
Data objektif: tekanan darah 170/90 mmHg
Nilai normal: tekanan darah 120/80 mmHg

2.5.1.3  Identifikasi Pola atau Divisi: Data apa yang berhubungan? Dalm pola atau divisi mana data harus dikelompokkan? Pola-pola apa yang disfungsional didasarkan pada nilai-nilai abnormal?
Pola atau divisi merupakan gabungan dari beberapa data yang sama dan menunjukkan rangkaian tingkah laku selama periode waktu dari pada kejadian-kejadian tersendiri. Pola kesehatan dan divisi diagnosa membantu dalam mengatur data yang telah dikumpulkan. Data yang sama dikelompokkan dalam pola atau divisi. Kesenjangan informasi diatasi dengan mengkaji kembali klien.
            Pola atau divisi dianggap fungsional jika mayoritas data dalam rentang nilai dan standar normal, jadi menunjukkan kekuatan klien. Sebuah pola atau divisi dinilai disfungsional oleh perawat jika data yang telah dikelompokkan tidak memenuhi nilai atau standar normal, jadi menunjukkan kelemahan klien. Sebuah pola atau divisi disfungsional dapat atau tidak dapat menimbulkan penyakit.
            Mode pengkajian perawat seperti 11 pola kesehatan fungsional dari Gordon (1989) dan 13 divisi diagnosa dari Doenges berguna untuk mengatur riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan mengelompokkan diagnosa keperawatan. Pola kesehatan fungsional dan divisi diagnosa membantu perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan data yang dikumpulkan selama pengkajian awal. Semua pola dan divisi diagnosa dikaji.
            Manfaat catatan pengkajian:
1.      Untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien yang unik dan respons pasien terhadap masalah-masalah dinyatakan sebagai diagnosis keperawatan yang mempengaruhi tindakan rencana keperawatan yang diperlukan
2.      Untuk menggabungkan dan mengorganisir informasi yang dikumpulkan dari beberapa sumber menjadi satu sumber umum, sehingga pola-pola kesehatan pasien dapat dianalisa dan masalah-masalah dapat di identifikasi.
3.      Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai point referensi dan untuk mengukur perubahan-perubahan pada kondisi pasien.
4.      Untuk mensuplai data yang cukup, guna memberikan alasan akan kebutuhan pasien untuk perawatan keperawatan.

2.5.2 Tahap 2: Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untk merumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berikir kompleks mengenai data yang berhasil dikumpulkan, baik dari klien, keluarga, rekam medik, maupun pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Diagnosis keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat profesional yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan oleh klien. Diagnosis keperawatan merupakan bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen darilangkah-langkah analisis yang dilakukan oleh perawat. Ia mengidentifikasi respons-respons individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Di beberapa negara, mendiagnosis diidentifikasikan dengan tindakan praktik keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional. Diagnosis keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti sebagai tanggung jawab perawat didalamnya. Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Menurut NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association), diagnosis keperawatan adalah penilaian atau keputusan klinik mengenai respons klien, keluarga, dan respons komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah status kesehatan klien.
Dalam membuat diagnosis keperawatan, dibutuhkan keterampilan klinik yang baik, yang mencakup proses diagnosis keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan keperawatan. Perumusan pernyataan diagnosis keperawatan memiliki beberapa syarat, yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, resiko, dan potensial dalam diagnosis keperawatan serta menjamin keakuratan diagnosis dari proses keperawatan.
Ada tiga komponen penting dalam suatu diagnosis keperawatan yang disingkat menjadi PES. “P” berarti masalah atau problem kesehatan. “E” menunjukkan etiologi atau penyebab dari problem. “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau sesuatu yang dikenal sebagai “batasan karakteristik”. Ketiga paduan itu dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “yang berhubungan dengan”.
Problem dapat didefinisikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat. Sedangkan etiologi ditunjukkan melalui pengalaman-pengalaman  individu yang telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan sesuatu yang dikatakan oleh klien dan sesuatu yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasi adanya masalah tertentu.
Sementara itu menurut NANDA, ada tiga tipr diagnosis keperawatan. Pertama, diagnosis keperawatan aktual, yaitu respons manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik, termasuk faktor yang berhubngan (etiologi) yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
Kedua, diagnosis keperawatan risiko, yaitu menunjukkan respons manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor risiko yang memberi kontibuasi terhadap peningkatan kerentanan.
Ketiga, diagnosis keperawatan kesejahteraan, yaitu menguraikan respons manusia terhadap tingkat kesehatan individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan yang lebih tinggi.
            Manfaat diagnosis:
1.      Untuk menemukan atau mengidentifikasi kelemakan atau penyakit (disease) apa yang di alami seseorang.
2.      Untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
3.      Sebagai pertimbangan dalam upaya pengendalian penyakit dilapangan.
4.      Salah satu cara untuk menanggulangi penyebaran suatu penyakit atau wabah.

2.5.3 Tahap 3: Perencanaan
            Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai setiap tujuan khusus. Prencanaan  keperawatan ini meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan kepda klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi. Tahap rencana tindakan dapat memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah.
            Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau standar asuhan keperawatan Amerika yang membagi karakteristik tindakan yang berupa tindakan konseling, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri dan aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas kolaborasi (terapi somatik dan psikofarma). Pada dasarnya, tndakan keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan, terapi perawat, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi.
            Rencana keperawatan harus terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidntifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang dirumuskan dengan tepat menfasilitasi kontunuitas asuhan keperawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hsil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
            Manfaat perencanaan;
1.      Sebagai penghubung kebutuhan klien.
2.      Untuk menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilaksanakan.
3.      Untuk meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan.
4.      Menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatan.
2.5.4 Tahap 4: Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkain kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehtan yang lebih baik, yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Imlementasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari.
            Jadi, dapat dikatakan bahwa tahap implementasi adalah tahap pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri atas tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi , dan tindakan rujukan.
            Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi sering jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan adalah rencana tidak tertulis, yaitu berupa sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan, itulah yang dilaksanakan. Hal itu tentu saja sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan tidak memenuhi aspek legal.
            Oleh karena itu, sebelum melaksanakan tindakan yang sudh direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat sehingga rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien sesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah dirinya memiliki kemampuan interpersonal, intelektual, dan kemampuan teknis sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
            Agar pelaksanaan implementasi keperawatan berjalan sukses sesuai dengan rencana keperawatan, maka perawat harus memiliki kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
Menurut Craven dan Hirnle (2000), secara garis besar, terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:
1.      Implementasi kognitif. Implementasi ini meliputi pengajar/pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan.
2.      Implementasi interpersonal. Hal ini meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan sebagainya.
3.      Implementasi teknis, yang meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisasi respons klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Manfaat implementasi:
1.      Mengkomunikasikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk klien.
2.      Memperkuat pelayanan keperawatan.
3.      Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelajaran.

2.5.5 Tahap 5: Evaluasi
            Meskipun proses keperawatan melalui beberapa tahap, namun evaluasi tetap berlangsung secara terus-menerus selama pelaksanaan proses keperawatan. Artinya, evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
            Evaluasi dalam keperawatan merupaka kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
            Pada dasarnya, evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan sesuatu yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
            Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosis keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adlah keputusan bersama antara perawat dan klien.
            Evaluasi berfokus pada individu atau klien dan kelompok dari klien. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai  standar asuhan keperawatan, respons klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
            Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa proses keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses yang diberikan kepada pasien secara berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian hingga evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
            Dengan mengikuti kelima tahap tersebut, perawat akan memiliki suatu kerangka kerja yang sistemais untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
            Manfaat evaluasi:
1.      Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
2.      Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
3.      Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses keperawatan.
4.      Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan.
  
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan unuk mengatasi masalah-masalah tersebut
            Terdapat lima tahap dalam proses keperawatan, yaitu; tahap pengkajian, tahap diagnosa keperawatan, tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi.
3.2  Saran
Dalam peran pemberi asuhan keparawatan perawat diharapkan mampu :
1.      Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
2.      Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.


DAFTAR PUSTAKA

Carol Vesta Allen. 1998. Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan. Jakarta: EGC
Susan Martin Tucker dkk. 1999. Standar Perawatan Pasien- Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi Edisi 4. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Yani Firda .T. 2013. Teknik Prosedural Keperawatan. Jogjakarta: D-Medika

/>


No comments:

Post a Comment