BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum menyusun suatu asuhan keperawatan
yang baik, kita harus memahami langkah-langkah dari proses keperawatan. Proses
keperawatan merupakan suatu metode bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Beberapa pengertian proses keperawatan adalah sebagai
berikut
Suatu metoda pemberian asuhan
keperawatan yang sistematis dan rasional (Kozier, 1991) Metoda pemberian asuhan
keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada respon yang unik
dari individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial (Rosalinda,1986)
Suatu aktifitas yang dinamika dan
berkelanjutan yang meliputi interaksi perawat klien dan proses pemecahan
masalah (Schultz dan Videbeck). Proses keperawatan bukan hanya sekedar
pendekatan sistematik dan terorganisir melalui lima langkah dalam mengenali
masalah-masalah klien, namun merupakan suatu metode pemecahan masalah baik
secara episodic maupun secara linier. Kemudian dapat dirumuskan diagnosa
keparawatannya, dan cara pemecahan masalah. Adapun karakteristik dari proses
keperawatan antara lain:
·
Merupakan kerangka berpikir dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, keluarga, dan komunitas.
·
Bersifat teratur dan sistematis.
·
Bersifat saling bergantung satu dengan yang lain.
·
Memberikan asuhan keperawatan secara individual.
·
Klien menjadi pusat dan menghargai kekuatan klien.
·
Dapat digunakan dalam keadaan apapun
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini:
1.
Apa definisi dari proses keperawatan?
2.
Apa manfaat dari proses keperawatan?
3.
Apa kerugian jika tidak melakukan proses keperawatan?
4.
Apa tujuan dan fungsi proses keperawatan?
5.
Apa saja tahapan-tahapan proses keperawatan?
1.3
Tujuan
1.
Dapat mengetahui definisi
dari proses keperawatan.
2.
Dapat mengetahui manfaat dari proses keperawatan.
3.
Dapat mengetahui kerugian jika tidak melakukan proses keperawatan.
4.
Dapat mengetahui tujuan dan fungsi proses keperawatan.
5.
Dapat mengetahui tahapan-tahapan proses keperawatan.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Proses Keperawatan
Proses
keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia
terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang
bertujuan unuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan
dapat berkaitan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau mayarakat. Proses
keperawatan adalah membantu klien dalam mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan yang maksimal. Proses keperawatan juga menjamin perawatan yang
berkualitas. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam
mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien.
Menurut
Kozier (1991) proses keperawatan adalah suatu metode pemberi asuhan keperawatan
yang sistematis dan rasional. Sementara itu, menurut Rosalinda (1986), proses
keperawatan adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang sistemtis dan
terorganisasi, yang berfokus pada respons yang unik dari individu terhadap
masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Hal
senada juga disampaikan oleh Schultz dan Videbeck. Mereka berpendapat bahwa
proses keperawatan adalah suatu aktivitas yang dinamis dan berkelanjutan yang
meliputi interaksi antara perawat dengan klien dan proses pemecahan masalah.
Pendapat
yang hampir sama juga dinyatakan oleh Yura dan Wals (1983). Menurut mereka,
proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
digunakan oleh perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi,
diagnosis keperawatan, penentuan rencana perawatan, implementasi tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
2.2 Manfaat
Proses Keperawatan
Adapun manfaat dari
proses keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Perawat
dapat merencanakan asuhan keperawatan dan membantu mengembangkannya melalui
hubungan profesional
2. Memberikan
kepuasan bagi pasien dan perawat
3. Memberikan
kerangka kerja bagi perawat dalam melaksanakna asuhan keperawatan
4. Membuat
perawat mawas diri dalam keahlian dan kemampuan merawat pasien
2.3 Kerugian
Jika Tidak Melakukan Proses Keperawatan
Berikut adalah kerugian
yang ditimbulkan oleh perawat jika tidak melakukan proses keperawatan:
1.
Tidak meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan
Bila tidak dilakukan proses keperawatan maka semua kebutuhan klien tidak dapat dipenuhi seutuhnya, tentu akan dapat memperlambat proses
penyembuhan klien dan tidak kepuasan bagi
klien akan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan
keperawatan akan menurun.
2. Kurang meningkatnya citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan salah satunya dengan proses keperawatan. Jika proses
keperawatan tidak dilakukan maka yang seharusnya citra keperawatan meningkat
maka tidak akan meningkat.
3
Kurang meningkatnya rasa solidaritas.
Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga
keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas
keperawatan. Jika proses keperawatan tidak dilakukan, maka akan kurang kekuatan
persatuan tenaga keperawatan kurang.
4
Kurangnya rasa percaya
diri dalam memberikan asuhan keperawatan
5
Kurang terhindar dari mal-praktik
2.4 Tujuan
dan Fungsi Proses Keperawatan
Proses
keperawatan sejatinya merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk
menangani dan memecahkan masalah secara komprehensif, dengan alasan yang
ilmiah, keterampilah teknis, dan keterampilan interpersonal.penerapan proses
keperawatan sebenarnya tidak hanya demi kepentingan klien semata, tetapi juga
demi profesi keperawatan.
Adapun
tujuan dan fungsi proses keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan
pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan
2. Memberi
ciri profesionalisme asuhan keperawatan melalui pendekatan, pemecahan masalah
dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
3. Perawat
dapat mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan dengan
menggunakan standar praktik keperawatan, memperoleh metode yang baku, rasional,
dan sistematis sehingga mencapai hasil asuhan keperawatan yang efektif
4. Memberi
kebebasan kepada klien untuk mendapat pelayanan yang optinal sesuai dengan
kebutuhan dalam kemandiriannya dibidang kesehatan
5. Mempertahankan
kesehatan klien dan mencegah sakit yang lebih parah atau penyebaran penyakit
6. Membantu
pemulihan kondisi klien setelah sakit
7. Mengembalikan
fungsi maksimal tubuh
8. Membantu
klien untuk meninggal dengan damai dan tenang
2.5 Tahapan
Proses Keperawatan
Perawat
berusaha keras mengatasi masalah-maslah kesehatan melalui penerapan lima tahap
proses keperawatan:
TAHAP
1: PENGKAJIAN
TAHAP
2: DIAGNOSA KEPERAWATAN
TAHAP
3: PERENCANAAN
TAHAP
4: IMPLEMENTASI
TAHAP
5: EVALUASI
Siklus proses keperawatan dimulai
ketika pasien memasuki sistem pemberian perawatan kesehatan. Perawat memulai
tahap prtama dari siklus, pengkajian, dengan mengumpulkan data klien. Diagnosa
keperawatan yang berhubungan dengan masalah klien diidentifikasi pada tahap
kedua. Pada tahap ketiga, perawat dan klien bekerjasama merumuskan rencana
tindakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien. Rencana tersebut
termasuk pembuatan kriteria hasil dan intruksi keperawatan (intervensi). Selama
tahap keempat, rencana diimplementasikan oleh perawat dan klien. Pada tahap
kelima, klien dan perawat mengevaluasi apakah kriteria hasil telah dicapai, dan
masalah telah teratasi. Klien keluar dari siklus jika kriteria hasil telah
dicapai. Klien memasuki kembali siklus jika kriteria hasil belum dicapai.
Perawat mengkaji kembali klien dan merencanakan untuk menentukan faktor-faktor
yang mempengaruhi pencapaian kriteria hasil.
2.5.1
Tahap 1: Pengkajian
Tujuan
dari tahap pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Klien dikaji saat memasuki sistem peberian perawatan kesehatan.
Komponen
Tahap Pengkajian:
1. Pengumpulan
Data
2. Validasi
Data
3. Identifikasi
Pola atau Divisi
2.5.1.1 Pengumpulan
Data: Informasi apa yang perlu diketahui oleh perawat?
Pengumpulan
data adalah mengumpulkan informasi yang sistematik tentang klien termasuk
kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang
terdekat, masyarakat, grafik dan rekam medik. Klien adalah sumber informasi
primer , sumber data yang asli. Sumber informasi sekunder terdiri dari data
yang sudah ada atau dari orang lain selain klien. Sumber-sumber sekunder
meliputi catatan kesehatan klien, laporan dari laboratorium dan tes diagnosis,
keluarga, orang terdekat, masyarakat dan anggota tim kesehatan
Metode
pengumpulan data :
a. Observasi:
Metode pengumpulan data di mana data dikumpulkan melalui observasi visual
b. Wawancara:
Metode pengumpulan data di mana pewawancara, perawat, mendapatkan respons dari
klien dengan tatap muka
c. Konsultasi: Seorang spesialis diminta untuk
mengidentifikasi cara-cara untuk pengobatan dan menangani masalah-masalah klien
d. Pemeriksaan:
Proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh untuk menentukan ada atau tidaknya
penyakit yang didasarkan pada temuan berikut ini: fisik; empat prosesdur yang
digunakan adalah inspeksi palpasi, perkusi dan auskultasi, Laboratorium;
urinarisis, pemeriksaan darah dan kultur, Rontgen; visualisasi bagian tubuh dan
fungsiya
Manusia
memiliki respon yang berbeda terhadap masalah. Contohnya, nilai budaya,
kepercayaan dan agama klien mungkin berbeda. Adalah esensial bagi perawat untuk
mengkaji respons individual klien terhadap masalah dan menghindari
generalisasi.
Data
yang terkumpul membentuk data dasar klien.data dasar selanjutnya akan digunakan
untuk perbandingan nilai-nilai klien dan standar untuk memastikan keefektifan
pengobatan, asuhan keperawatan dan pencapaian kriteria hasil. Selama
pengumpulan data, data klinik dikategorikan sebagai data subjektif atau data
objektif.
Data
Subjektif
Data
subjektif menunjukkan persepsi dan sensai klien tentang masalah kesehatan.
Klien mengungkapkan persepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri atau
nyeri. Data subjektif adalah informsi yang diucapkan klien kepada perawat
selama wawancara pengkajian keperawatan, yaitu komentar yang didengar oleh
perawat. Data subjektif dapat disebut gejala. Data subjektif atau gejala adalah
fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan kebiasaan dari
sensai nrmal klien. Contoh: “saya sedang sakit kepala”, “saya merasa sesak
napas”, “perut saya terasa panas”, “kaki saya terasa lemah”, “saya merasa
kepanasan”, “saya merasa lelah”, dan lain sebagainya. Contoh-contoh diatas
mengilustrasikan data subjektif yang mungki diungkapkan oleh klien kepada perawat.
Sakit kepala, sesak napas, rasa panas, keletihan dan kekakuan adalah sensasi
yang dirasakan klien. Peraaan-perasaan ini tidak perlu dapat dilihat oleh
perawat. Klien mengungkapkan tentang perasaan-perasaan mereka kepada perawat.
Data
Objektif
Data
objektif didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dipertunjukkan secara
faktual. Fenomena yang dapat diamati dikumpulkan oleh seorang selain daripada
pasien. Data objektif dapat diamati dan diukur. Data objektif merupakan
informasi yang dikumpulkan perawat melalui indera perawat. Data objektif adalah
informasi dimana perawat dapat (a) melihat (observasi)(inspeksi), (b) merasakan
(palpasi), (c) mendengar (auskultasi)(perkusi) atau (d) menghidu. Data objektif
dapat disebut tanda.
Definisi:
a. Observasi:
melihat klien dan melaporkan apa yang dilihat oleh perawat
b. Inspeksi:
pemeriksaan secara visual terhadap permukaan tubuh eksternal, pergerakan dan
postur
c. Palpasi:
proses memeriksa dengan menggunakan tangan atau jari tangan pada permukaan
eksternal tubuh untuk mendeteksi adanya bukti abnormalitas pada berbagai organ
d. Auskultasi:
proses mendengarkan suara dalam tubuh, biasanya bunyi toraks atau visera
abdominal untuk mendeteksi adanya abnormalitas. Alat yang digunakan adalah
stetoskop
e. Perkusi:
penggunaan jari tangan untuk mengetuk tubuh dengan ringan untuk menentukan
posisi, ukuran dan konsistensi struktur yang mendasari dan adanya cairan atau
pus pada sebuah rongga.
Contoh
:
a. Observasi:
Hidung megembang
Wajah meringis
Pernapasan 30, dangkal
Hemoglobin (HB) 7,8
g/dL
Kalium serum (K+)2,5
eEq/L
b. Palpasi:
kandung kemih teraba. Nyeri tekan di abdomenkuadran kanan bawah
c. Auskultasi:
bunyi di lobus kanan bawah paru. Borborigmus disemua kuadran abdomen
d. Perkusi:
pekak di lobus kanan bawah paru
Pekak di abdomen kuadran kanan bawah.
Contoh diatas mengilustrasikan data
objektif klien yang mungkin ditampilkan klien pada perawat. Pengembangan hidung
dapat dilihat, organ-organ terpalpasi, bunyi napas terdengar dan resonansi dan
nada suara yang diproyeksikan dari perkusi dapat didengar.
2.5.1.2 Validasi
Data: Apakah data klien mencerminkan nilai dan standar yang normal atau
abnormal? Apakah data objektif menegaskan dan mendukung data subjektif? Apakah
informasi yang dikumpulkan akurat?
Validasi data merupakan perbandingan data subjektif
dan data objektif yang dikumpulkan dari sumber primer (klien) dan sekunder
(mis, catatan kesehatan) dengan standar dan nilai normal yang diterima. Suatu
standar atau nilai merupakan aturan atau ukuran yang lazim dipakai.
Perawat membandingkan komentar klien, data
subjektif, dengan data objektif klien yang dapat diukur. Perawat memeriksa
apakah data objektif memvalidasi data subjektif. Perawat memeriksa apakah nilai
klien, subjektif dan objektif, terletak dalam rentang nilai dan standar normal
yang lazim dipakai, seperti tanda-tanda vital yang normal, nilai laboratorium,
pemeriksaan diagnostik, kelompok makanan dasar, pertumbuhan dan perkembangan
yang normal.
Referensi mencatat standar dan nilai yang lazim
dipakai untuk temuan laboratorium, pemeriksaan diagnostik, pemeriksaan fisik
dan tingkah laku.
Contoh
validasi data dalam rentang nilai normal:
Data
subjektif: “Tekanan darah saya biasanya 110/70”
Data
objektif: tekanan darah 170/90 mmHg
Nilai
normal: tekanan darah 120/80 mmHg
2.5.1.3 Identifikasi
Pola atau Divisi: Data apa yang berhubungan? Dalm pola atau divisi mana data
harus dikelompokkan? Pola-pola apa yang disfungsional didasarkan pada
nilai-nilai abnormal?
Pola atau divisi merupakan gabungan dari beberapa
data yang sama dan menunjukkan rangkaian tingkah laku selama periode waktu dari
pada kejadian-kejadian tersendiri. Pola kesehatan dan divisi diagnosa membantu
dalam mengatur data yang telah dikumpulkan. Data yang sama dikelompokkan dalam
pola atau divisi. Kesenjangan informasi diatasi dengan mengkaji kembali klien.
Pola atau divisi dianggap fungsional
jika mayoritas data dalam rentang nilai dan standar normal, jadi menunjukkan
kekuatan klien. Sebuah pola atau divisi dinilai disfungsional oleh perawat jika
data yang telah dikelompokkan tidak memenuhi nilai atau standar normal, jadi
menunjukkan kelemahan klien. Sebuah pola atau divisi disfungsional dapat atau
tidak dapat menimbulkan penyakit.
Mode pengkajian perawat seperti 11
pola kesehatan fungsional dari Gordon (1989) dan 13 divisi diagnosa dari
Doenges berguna untuk mengatur riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan
mengelompokkan diagnosa keperawatan. Pola kesehatan fungsional dan divisi
diagnosa membantu perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang
tepat berdasarkan data yang dikumpulkan selama pengkajian awal. Semua pola dan
divisi diagnosa dikaji.
Manfaat catatan pengkajian:
1. Untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien yang unik dan respons pasien terhadap
masalah-masalah dinyatakan sebagai diagnosis keperawatan yang mempengaruhi
tindakan rencana keperawatan yang diperlukan
2. Untuk
menggabungkan dan mengorganisir informasi yang dikumpulkan dari beberapa sumber
menjadi satu sumber umum, sehingga pola-pola kesehatan pasien dapat dianalisa
dan masalah-masalah dapat di identifikasi.
3. Untuk
meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai point
referensi dan untuk mengukur perubahan-perubahan pada kondisi pasien.
4. Untuk
mensuplai data yang cukup, guna memberikan alasan akan kebutuhan pasien untuk
perawatan keperawatan.
2.5.2
Tahap 2: Diagnosa Keperawatan
Diagnosis
keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untk merumuskan
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berikir kompleks
mengenai data yang berhasil dikumpulkan, baik dari klien, keluarga, rekam
medik, maupun pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Diagnosis keperawatan
adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat profesional yang menggambarkan tanda
dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan oleh klien.
Diagnosis keperawatan merupakan bagian integral dari proses keperawatan. Hal
ini merupakan suatu komponen darilangkah-langkah analisis yang dilakukan oleh
perawat. Ia mengidentifikasi respons-respons individu terhadap masalah-masalah
kesehatan yang aktual dan potensial.
Di
beberapa negara, mendiagnosis diidentifikasikan dengan tindakan praktik
keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat
profesional. Diagnosis keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan
terapi yang pasti sebagai tanggung jawab perawat didalamnya. Diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
Menurut NANDA
(The North American Nursing Diagnosis Association), diagnosis keperawatan
adalah penilaian atau keputusan klinik mengenai respons klien, keluarga, dan
respons komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
dan potensial. Berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah status kesehatan
klien.
Dalam membuat
diagnosis keperawatan, dibutuhkan keterampilan klinik yang baik, yang mencakup
proses diagnosis keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan
keperawatan. Perumusan pernyataan diagnosis keperawatan memiliki beberapa
syarat, yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang
aktual, resiko, dan potensial dalam diagnosis keperawatan serta menjamin
keakuratan diagnosis dari proses keperawatan.
Ada tiga
komponen penting dalam suatu diagnosis keperawatan yang disingkat menjadi PES.
“P” berarti masalah atau problem kesehatan. “E” menunjukkan etiologi atau
penyebab dari problem. “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau
sesuatu yang dikenal sebagai “batasan karakteristik”. Ketiga paduan itu
dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “yang berhubungan dengan”.
Problem dapat
didefinisikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan yang
aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang
dilakukan oleh perawat. Sedangkan etiologi ditunjukkan melalui
pengalaman-pengalaman individu yang
telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau
perubahan-perubahan patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan sesuatu yang
dikatakan oleh klien dan sesuatu yang diobservasi oleh perawat yang
mengidentifikasi adanya masalah tertentu.
Sementara itu
menurut NANDA, ada tiga tipr diagnosis keperawatan. Pertama, diagnosis
keperawatan aktual, yaitu respons manusia terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik, termasuk
faktor yang berhubngan (etiologi) yang mempunyai kontribusi terhadap
perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
Kedua, diagnosis
keperawatan risiko, yaitu menunjukkan respons manusia yang dapat timbul pada
seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor risiko yang
memberi kontibuasi terhadap peningkatan kerentanan.
Ketiga, diagnosis
keperawatan kesejahteraan, yaitu menguraikan respons manusia terhadap tingkat
kesehatan individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat
kesehatan yang lebih tinggi.
Manfaat diagnosis:
1. Untuk
menemukan atau mengidentifikasi kelemakan atau penyakit (disease) apa yang di
alami seseorang.
2. Untuk
menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan atas gejala-gejala atau fakta
tentang suatu hal.
3. Sebagai
pertimbangan dalam upaya pengendalian penyakit dilapangan.
4. Salah
satu cara untuk menanggulangi penyebaran suatu penyakit atau wabah.
2.5.3
Tahap 3: Perencanaan
Rencana
tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai setiap
tujuan khusus. Prencanaan keperawatan
ini meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan kepda klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi. Tahap rencana tindakan dapat memberikan
kesempatan kepada perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat untuk merumuskan
rencana tindakan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah.
Rencana
tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau
standar asuhan keperawatan Amerika yang membagi karakteristik tindakan yang
berupa tindakan konseling, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri dan
aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas kolaborasi (terapi somatik dan
psikofarma). Pada dasarnya, tndakan keperawatan terdiri dari tindakan observasi
dan pengawasan, terapi perawat, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi.
Rencana
keperawatan harus terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidntifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan
yang dirumuskan dengan tepat menfasilitasi kontunuitas asuhan keperawatan dari
satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hsil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Manfaat
perencanaan;
1. Sebagai
penghubung kebutuhan klien.
2. Untuk
menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilaksanakan.
3. Untuk
meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan pengertian yang lebih
jelas tentang prinsip proses keperawatan.
4. Menjadi
dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatan.
2.5.4
Tahap 4: Implementasi
Implementasi
keperawatan adalah serangkain kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehtan
yang lebih baik, yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Imlementasi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari.
Jadi, dapat dikatakan bahwa tahap
implementasi adalah tahap pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini
terdiri atas tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi , dan
tindakan rujukan.
Implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata,
implementasi sering jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat
belum terbiasa menggunakan rencana tulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Yang biasa dilakukan adalah rencana tidak tertulis, yaitu berupa
sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan, itulah yang dilaksanakan. Hal itu tentu
saja sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan tidak
memenuhi aspek legal.
Oleh karena itu, sebelum
melaksanakan tindakan yang sudh direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat sehingga rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien sesuai
dengan kondisi saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah dirinya
memiliki kemampuan interpersonal, intelektual, dan kemampuan teknis sesuai
dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Agar pelaksanaan implementasi
keperawatan berjalan sukses sesuai dengan rencana keperawatan, maka perawat
harus memiliki kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi.
Menurut
Craven dan Hirnle (2000), secara garis besar, terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
1. Implementasi
kognitif. Implementasi ini meliputi pengajar/pendidikan, menghubungkan tingkat
pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk
klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim
keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan.
2. Implementasi
interpersonal. Hal ini meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan
pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal,
pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai
advokasi klien, role model, dan sebagainya.
3. Implementasi
teknis, yang meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas
rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisasi
respons klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri,
kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Manfaat
implementasi:
1. Mengkomunikasikan
secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk klien.
2. Memperkuat
pelayanan keperawatan.
3. Menjadi
dasar perencanaan anggaran pembelajaran.
2.5.5
Tahap 5: Evaluasi
Meskipun proses keperawatan melalui
beberapa tahap, namun evaluasi tetap berlangsung secara terus-menerus selama
pelaksanaan proses keperawatan. Artinya, evaluasi merupakan perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupaka
kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Pada dasarnya, evaluasi mengacu pada
penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab
suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi
klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan
sesuatu yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
Perencanaan merupakan dasar yang
mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan
kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosis keperawatan, tujuan, atau
intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai
adlah keputusan bersama antara perawat dan klien.
Evaluasi berfokus pada individu atau
klien dan kelompok dari klien. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan
dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respons klien
yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari
keperawatan.
Dari penjelasan tersebut, dapat
dipahami bahwa proses keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses yang
diberikan kepada pasien secara berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan
yang dimulai dari pengkajian hingga evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan yang optimal.
Dengan mengikuti kelima tahap
tersebut, perawat akan memiliki suatu kerangka kerja yang sistemais untuk
membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Manfaat
evaluasi:
1. Untuk
menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Untuk
menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang
diberikan untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Sebagai
umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan.
4. Menunjang
tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang
sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan
dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan unuk mengatasi masalah-masalah
tersebut
Terdapat lima tahap dalam proses
keperawatan, yaitu; tahap pengkajian, tahap diagnosa keperawatan, tahap
perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi.
3.2 Saran
Dalam peran pemberi asuhan keparawatan perawat diharapkan mampu :
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau
masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang
bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
2. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis
keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
DAFTAR
PUSTAKA
Carol Vesta Allen. 1998. Memahami Proses Keperawatan dengan
Pendekatan Latihan. Jakarta: EGC
Susan Martin Tucker dkk. 1999. Standar Perawatan Pasien- Proses
Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi Edisi 4. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Yani Firda .T. 2013. Teknik Prosedural Keperawatan.
Jogjakarta: D-Medika
/>
No comments:
Post a Comment